You are currently viewing Being Human in The Age of Artificial Intelligence

Being Human in The Age of Artificial Intelligence

[1. AI Introduction]

          Simply, di awal pembahasan ini anggap saja AI adalah sistem yang pinter, cerdas atau intelek. Nah, seperti yang teman-teman lihat di slide pertama, saya ingin memberi gambaran terlebih dahulu contoh-contoh AI yang ada di sekitar kita. Keep in mind terkait statemen ini. Karena definisi intelligence yang ada disini sudah bagus dan mewakili bagaimana sistem yang kami bangun (AI Engineer/ AI Researh Engineer/ AI Scientist) bekerja. “Intelligence is the ability to solve problems” – Yuval Noah Horari (Writer of Sapiens Book) Di slide saya berikan contoh sistem cerdas yang dimaksud seperti: Spam Email Identifier dan Google Machine Translation. Keduanya adalah contoh aplikasi dari sistem yang pinter, cerdas atau intelek.

          Spam Email Identifier. Jika kita perhatikan emal pribadi kita masing-masing. Sistem yang berjalan di belakang kita bisa secara otomatis mengidentifikasi email-email yang biasanya tergolong dalam kategori spam seperti pesan-pesan berisi iklan penipuan, atau pengirim asing yang tidak dikenal identitasnya. Biasanya iklan-iklan penipuan seperti selamat anda mendapatkan hadiah uang tunai sebesar 700jt rupiah, sudah bisa diidentifikasi dengan baik oleh mesin google mail.

          Google Machine Translation, juga termasuk produk dengan teknologi mesin cerdas di dalamnya. Bayangkan, kalau dulu teman-teman untuk mentranslasi satu bahasa asing harus didampingi dengan kamus-kamus tebal dan bisa memakan waktu lama, sekarang, mesin google sudah bisa dengan baik memahami serangkaian kata dalam bahasa apapun yang kita ketik disana. Rekan-rekan paham apa artinya ini?

Ya, mesin bisa memahami maksud dari apa yang kita (manusia) tulis.

          Lalu jangan ditanya untuk teknologi seperti google.com. Apapun yang teman-teman cari disana, mesin cerdas google mengerti apa yang teman-teman maksud dan teman-teman inginkan. Bahkan untuk kalimat-kalimat rumit sekalipun! Nah, ini ada contoh lainnya dari mesin cerdas, pintar atau intelek yang saat ini kita bahas. Check it out! https://www.youtube.com/watch?v=FPfQMVf4vwQ.

          Adanya Spam Email Identifier dan Google Machine Translation, membuat kita sadar kalau sekarang mesin sudah bisa mengerti teks/ tulisan yang dibuat manusia. Sedangkan Google Assistant, membuat kita sadar bahwa mesin sekarang sudah bisa mengerti suara kita, manusia. Lalu merespon suara itu dengan baik! Disamping teks atau suara. AI/ mesin cerdas juga bisa memahami konsep visual seperti gambar atau video. 🙂

          Kalau rekan-rekan disini ada yang tahu salah satu game e-sport complex strategic game: DOTA. AI sudah mengalahkan DOTA player level dunia. 🙂

Itu beberapa contoh yang ada. Spektrum mesin cerdas ini sangat luas, bisa dimulai dari contoh sesederhana seperti google.com hingga humanoid robots. Oke, itu untuk bahasan pertama terkait AI Introduction. CONCLUSION: Spektrum mesin cerdas ini sangat luas, bisa dimulai dari contoh sesederhana google.com hingga humanoid robots.

2. [AI History]

            Poin penting terkait pembahasan ini adalah, bahwa AI BUKAN BARANG BARU! Ide dari teknologi ini sudah ada sejak sekitar tahun 1950 silam. Rentangnya hampir 7 dekade dari masa kita sekarang. Ini teknologi yang sudah lama 🙂 Yup. Ide untuk membuat mesin cerdas muncul dari para matematikawan dan computer scientist unggul yang ada di dunia.

– Alan Turing (1922 – 1954)

– Frank Rosenblatt (1928 – 1971)

– Geoffrey Hinton (1947 – Now)

Ini 3 nama yang dikenal sebagai bapak teknologi AI. Mulanya muncul teknologi ini, tampilannya semacam komputer-komputer raksasa yang sangat ngabisin tempat. Berkembang hingga sekarang, tidak perlu machine, tapi AI bisa diimplementasi dalam bentuk program/ software.

Sedikit gambaran bagaimana AI zaman itu coba diimplementasikan. Begitu. Untuk pembahasan sejarah ini tidak perlu banyak2. Asal tahu saja, hehe. Kita bisa masuk ke pembahasan selanjutnya yah. Ah yah. Tambahan. Ini bapak teknologi AI/ Mesin Cerdas/ Robot modern. Jauh sebelum nama-nama yang tadi saya sebutkan, sebetulnya sudah ada yang lebih dulu menerapkan ide mesin cerdas dan bermain-main dengan robot mekanik. Dan ini menjadi salah satu cikal bakal mesin cerdas, Al-Jazari namanya. Ilmuwan Muslim. Untuk lengkapnya nanti teman2 bisa lihat disini. https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Jazari

3. [How AI Works]

            Selanjutnya sedikit mengulas bagaimana teknologi-teknologi cerdas ini bekerja disekitar kita. Nah jadi, seperti yang saya sampaikan sebelumnya, bahwa ide untuk membangun mesin cerdas atau AI itu sudah ada sejak beberapa dekade yang lalu. Ini teknologi yang umurnya sudah tua. Hehe. Tapi memang, cukup mandeg karena fasilitas atau infrastruktur untuk membangun teknologi ini tidak cukup mumpuni sehingga riset-riset yang dilakukan oleh para technologist/ mathematician/ neurologist dihentikan. Beberapa diantara mereka merasa tidak mungkin kita bisa membuat mesin pintar. Di kondisi redup itu, ada beberapa ilmuwan yang tetap optimis bahwa membangun mesin cerdas itu bisa kita lakukan. Dan keyakinan akan manfaat luas yang bisa dihasilkan dari teknologi ini yang mendorong mereka untuk tetap gigih melakukan riset pagi-siang-malam di lab-lab universitas tempat mereka mengabdikan diri. Pada tahun sekitar 1950 – 1980. Hingga datang 3 kondisi yang saya sampaikan disini yang akhirnya mengakibatkan ‘ledakan’ teknologi itu terjadi!

  1. Data Explosion
  2. Highly Complex Algorithm
  3. Computing Powers

Ini yang terjadi di dunia kita di luar sana. Ledakan data yang mengerikan. Bisa teman-teman bayangkan, 90% data yang di produksi umat manusia saat ini, itu diproduksi dalam waktu hanya 2 tahun terakhir saja. Berkembang secara eksponensial. Bukan lagi linear.

Lalu algoritma2 cerdas dihadirkan. Terinspirasi dari apa yang ada di tubuh kita. Di kepala kita. Di otak kita. Apa yang terjadi di otak kita, dipahami oleh para neuro scientist, lalu diterjemahkan dalam bahasa matematika.

Lalu didukung oleh komputer yang mampu memproses data dengan sangat cepat. Hingga akhirnya AI bisa bekerja. It works! Data dalam jumlah besar (1) dipelajari dan dipahami oleh algoritma cerdas (2), dan proses belajar itu dalam dilakukan dengan sangat cepat (3). Karena 3 potensi ini.

Hingga akhirnya mesin bisa mengenal dan mengidentifikasi kucing yang ada di rumah-rumah kita. 🙂

Dan sekarang mereka bisa mengidentifikasi siapa kita. Hehe. Pada sadar gak, di FB sekarang ketika kita upload foto teman-teman kita, secara otomatis FB memberi tag ke foto-foto tersebut. Yah, mereka bisa mengenali siapa kita secara visual! #intermezo Nah. Jadi… Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, yang membuat AI itu sedemikian ramai dibincangkan orang, karena spektrum penerapannya sangat luas. Secara konsep, sebetulnya apa yang ada di sekitar kita saat ini, bisa kita katakan sebagai weak AI. Mesin cerdas yang masih sangat lemah. Karena satu produk AI, hanya bisa melakukan satu pekerjaan yang sangat spesifik. Google translate, hanya membantu kita ketika mentranslasi bahasa. Spam identifier, apa lagi. Tasknya sangat spesifik dan tidak signifikan. Begitu juga seperti face detection, Hello Google Personal Assistent dsb.

Para ilmuwan komputer di luar sana, masih sangat berambisi untuk membangun AI model kedua. Strong AI. General AI. Atau biasa disebut A(G)I. Artificial General Intelligence.

  • [Our Today’s AI]

Seperti yang rekan-rekan sudah pahami kalau kita sudah memasuki era revolusi industri yang ke 4. Yang ditandai dengan munculnya 3 teknologi kunci dan dampak yang muncul.

1. Artificial Intelligence -> Banyaknya sistem cerdas disekitar kita

2. IoT -> Banyaknya device yang saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain

3. Teknologi Big Data -> Banyaknya profesi-profesi yang berkaitan dengan pengolahan dan analisa data. Kita bisa melihat ini semua dari perspektif kebermanfaatan. Dari teknologi AI, hingga hari ini cukup banyak memberikan banyak manfaat di beragam industri.

Industri Kesehatan yang cukup kuat adopsinya sejauh ini. Karena powernya sudah sampai setara dan beberapa task bisa melampaui kemampuan manusia dalam ‘mendiagnosa’ penyakit. Oh yah, teman-teman jangan berpikir Google itu hanya perusahaan search engine saja. Gambar yang berada di sebelah kiri bawah itu saya ambil dari official blog Google. Yah, mereka turut riset penerapan teknologi AI untuk dunia kesehatan! Mereka itu leading tech company in the world.

Untuk di agriculture, adopsi teknologi AI juga cukup baik. Biasanya dipersenjatai juga dengan teknologi IoT. Ini termasuk salah satu domain yang bisa dieskplor dalam konteks Indonesia yang mana Agriculture masih menjadi lahan yang menjanjikan.

Kebetulan saya kemarin pegang project terkait industri ini. Menggunakan teknologi AI untuk membantu mendeteksi kerusakan yang ada pada jalan-jalan. Ini sangat membantu untuk real-time monitoring kesehatan infrasuktur-infrastruktur kita. Dibantu ‘mata’ AI yang bisa melihat secara cepat dan akurat! Mendeteksi kerusakan yang ada pada jalan-jalan di Jepang. Someday, mudah-mudahan bisa saya terapkan juga di tanah air Indonesia.

Terkait mitigasi bencana, juga sangat potensial dibantu oleh AI. Pada dasarnya, apapun task yang melibatkan kecerdasan disana, bisa dilibatkan AI didalamnya. Karenanya ada satu statemen terkenal di dunia AI. “AI is the new electricity” – Andrew Ng, AI Professor Stanford University. AI itu ibarat energi listrik yang bisa ‘menerangi’ industri apapun dan dimana saja.

  • [Urgency of AI]

Saya coba update beberapa perkembangan terakhir di dunia… Negara-negara besar memandang se-urgency itu teknologi AI ini… 🙂

Sesi Tanya-Jawab

Pertanyaan pertama

Nama               : Reza

Asal Kampus   : Unsoed

Pertanyaan      : Assalamualaikum. Selamat Malam kak, Saya Reza dari Unsoed ingin bertanya
 mengenai perkembangan AI ini. Melihat banyaknya pekerjaan manusia yang
mulai menggunakan AI, sejujurnya saya sendiri menjadi khawatir kak akan pekerjaan manusia yang semakin lama akan tergantikan oleh AI. Konstruksi, pekerjaan kantor, chef, supir, dll di negara berkembang sudah mulai menggunakan AI untuk kedepannya. Dalam dunia game seperti kak Angga bahas soal DOTA tadi, saya bahkan pernah menonton video di YT tentang AI yg dibuat untuk memainkan Tetris. Ketika akan kalah, si AI ini justru mem-pause game tetris ini. Hal ini menunjukkan bahwa,”kalau dia tidak bisa menang, setidaknya dia tidak boleh kalah”. Menurut kak Angga sendiri, dengan semakin berkembangnya AI yang akan dikembangkan mulai dari Artificial General Intelligence sampai Artificial Super Intelligence ini, apakah perkembangan AI “sudah semakin kelewatan?” Dan adakah cara kita untuk bisa bersaing melawan AI tersebut? Seperti meningkatkan skill kita atau bahkan membuat AI tandingan?

Jawaban          : 5-10 tahun lalu, saya hanya mendengar pekerjaan yang cukup populer di dunia IT yaitu web developer. Sekarang, Web developer itu terpecah menjadi Back-end developer, Front-end developer, UI-UX developer. Data semakin banyak, muncul pekerjaan baru Data Analyst, itu tidak cukup. Muncul lagi Data Engineer, Data Scientist. Sekarang ada AI, maka muncul AI Engineer, AI Research Engineer, AI Scientist, AI Product Manager. Semakin maju ilmu pengetahuan, semakin kompleks ilmu itu, dan semakin terbuka kesempatan lapangan kerja. Hingga hari ini, saya tidak melihat tanda-tanda bahwa kita akan betul-betul berkompetisi dengan sistem-sistem cerdas untuk mendapatkan pekerjaan. Oh yah, secara praktiknya, AI ini sebetulnya membantu memanusiakan manusia. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya klerikal, administratif, seperti petugas di jalan tol, itu sebetulnya bisa digantikan saja dengan sistem cerdas. Lalu manusianya kemana? Mengambil posisi pada pekerjaan yang lebih membutuhkan sentuhan manusia seperti kreatifitas, perencanaan masa depan dsb. Manusia tidak perlu lagi mengerjakan hal-hal yang berulang-ulang dan klerikal. Bisa beralih ke pekerjaan lain yang lebih memberdayakan ‘daya fikir’ manusia. Oh yah, Pak Rhenald Kasali pernah berkomentar terkait ini. Guru Besar Ilmu Ekonomi itu menyampaikan AI itu baik, PR kita sekarang bagaimana membuat perencanaan SDM yang baik kedepannya agar manusia bisa terposisikan sebagai manusia dan tidak perlu berkompetisi dengan robot. Perencanaan SDM inilah yang menjadi tantangan kita saat ini. Saya paham kenapa AI bekerja seperti itu. Believe me, ini hanya ada persoalan teknis saja. Bukan suatu hal yang mistis dan menakutkan seperti yang biasa dicerita-ceritakan media. 🙂 Pada dasarnya teknologi itu hanya lah alat. Kita hingga hari ini masih menggunakan api padahal api mengancam kita dengan kebakaran rumah dan hutan, namun kita tetap pakai toh? Terkait mitigasi itu bisa dibicarakan. Kabar baiknya, banyak organisasi2 besar diluar sana yang mulai peduli terkait research AI Safety. Google termasuk salah satu company yang concern terkait issue ini. Tenang saja. 🙂

Pertanyaan kedua

Nama               : Rama

Asal                 : Bekasi

Pertanyaan      : Assalamu’alaikum ka @Muhammad Angga Muttaqien , saya Rama dari Bekasi ingin bertanya.. tren ledakan data memang tidak bisa dipungkiri ka, tak terkecuali di kampus. Saya suka berpikir mungkin ngga sih kasus2 di kampus bisa kita jadikan percobaan AI? Waktu kaka kuliah S1, ada ga sih penerapan AI yang diterapkan pada organisasi kampus? lebih khususnya ke organisasi yang fokusnya lebih ke umum (non teknis teknologi, contoh: organisasi rohis kampus) atau mungkin ada yang baru terpikirkan oleh pakar AI terkait penerapan AI di organisasi kampus yang bersifat umum namun belum terealisasi? terimakasih atas perhatiannya .

Jawaban          : Wa’alaikum salam wr.wb. Menarik sekali pertanyaannya, sayangnya waktu di jaman saya, AI belum meledak seperti saat ini. Bahkan semua mahasiswa masih skeptis dengan cerahnya masa depan teknologi ini. 😬 Tapi saya ada beberapa ide.

1. Bisa mulai coba bangun kesadaran betapa pentingnya sebuah data

2. Untuk level mahasiswa, bisa coba cari-cari tahu apa yang biasa dikerjakan oleh mereka Data Analyst, Data Engineer dan Data Scientist (semua peran ini menggunakan teknologi AI/ Machine Learning)

3. Bisa dimulai dengan buat analisa-analisa sederhana dari data-data mahasiswa baru muslim, mahasiswa-mahasiswa yang memutuskan bergabung ke rohis, hingga kemudian mahasiswa-mahasiswa yang berpotensi jadi ketua rohis. Semua data-data itu bisa jadi bahan eksperimen penting dan menarik jika dipersenjatai dengan teknologi AI/ Machine learning

4. Lebih jauh, bisa juga buat aplikasi mobile/ desktop dengan machine learning dibelakangnya (misalnya aplikasi daily muslim).

Pertanyaan Ketiga

Nama               : Lerisa

Asal                 : Solo

Pertanyaan      : Selamat malam. Perkenalkan saya Lerisa dari Solo, saya ingin mengajukan      pertanyaan..Yang pertama, terkait aplikasi AI di bidang lingkungan. Saat ini apakah sdh dikembangkan sistem AI untuk mengatasi permasalahan sampah atau mungkin mengatasi kebakaran hutan seperti yg terjadi di Australia sekarang? Selanjutnya, kira2 tahap2 seperti apa yg harus dilakukan SDM di Indonesia khususnya para mahasiswa untuk mulai mempelajari AI? Terima kasih mas @Muhammad Angga Muttaqien atas jawabannya.

Jawaban          : Terkait kebakaran hutan, saya pernah pelajari potensi dan penerapan AI ketika ada insiden kebakaran hutan karhutla kemarin. AI bisa membantu para fire fighter dalam mengontrol (bukan memadamkan, karena hampir mustahil) api yang menjalar sehingga bisa memitigasi resiko kerusakan. Fungsi real-time controlling dengan bantuan citra satelit sangat memungkinkan untuk mencegah tragedi kebakaran hutan parah! Untuk mengatasi permasalahan sampah perlu dirinci spesifik permasalahan apa yang dimaksud disini. Task-task yang dimaksud perlu didefinisikan dengan baik sebelum masuk ke pembahasan solusi. Untuk penerapannya sejauh ini, saya belum pernah dengar dan kaji dengan serius. Selanjutnya, kira2 tahap2 seperti apa yg harus dilakukan SDM di Indonesia khususnya para mahasiswa untuk mulai mempelajari AI? Untuk SDM, saya tidak berpandangan bahwa semua harus belajar AI. Tidak. Posisi saya di diskusi online kali ini juga bukan sedang mempromosikan AI agar teman-teman jadi AI specialist semua, tidak. Disini saya ingin membantu mengenalkan luasnya potensi yang bisa ditawarkan oleh AI, hingga someday teman-teman bisa mempertimbangkan ini apapun disiplin ilmu teman-teman. Sekarang eranya kolaborasi, tekuni bidang yang rekan-rekan saat ini jalani dengan baik. Buka mata seluas-luasnya dari kemajuan ilmu pengetahuan yang sudah dicapai di disiplin ilmu lain, lalu ciptakan kolaborasi itu di masa depan!

Pertanyaan Keempat

Nama               : Ria

Asal                 : Padang

Pertanyaan      : Kemudian, terkait google translate bisa kah kelas AI berperan sbg interpreter?

  Krna apabila dilihat interpreter dan translator bukan pekerjaan yg cuman terjemah

  word by word Karena saya lihat sudah beredar kemampuan AI tsb. Selanjutnya,

  pertanyaan ke 2, Apabila diterapkan di dunia telekomunikasi seperti perusahaan

 indihome (karena penyedia jasa wifi dan TV channel)  Saat ini saat bekerja dimedia

  broad band, yg terjadi masalah dilapangan agak kewalahan menaganinya. Terkait

 data, terkadang customer sangat susah mengakses beberapa situs websitd dikarena

 traffic mengakses Kalau dilihat dari AI, aspek apa bagus dikembangkan? Apakah

 AI dalam mengembangkan tahap kesana mas?

Jawaban          : Hi Ria. Maksud pertanyaannya bisa kah AI berperan sebagai interpreter? CMIIW.

  Jawabannya bisa. Sudah banyak produk-produknya, hehe. 🙂 Perkembangan AI di

  domain bahasa/ teks cukup progressive. Sangat memungkinkan untuk bisa

  mencapai level manusia. Walaupun saya skeptis kalau level itu bisa dicapai 5-10

  tahun lagi, terlalu cepat. Ada pemanfaatan AI for network traffic control. Mbanya

 network engineer kah? Kalau yah, bisa coba dipelajari lebih jauh. Fundamental AI

 Research -> Mengembangkan kapasitas kecerdasan AI Applied AI Research ->

 Mengimplementasikan kecerdasan AI yang ada di industri. Apapun industrinya,

 saya pikir applied research nya sudah mulai berjalan.

Pertanyaan Kelima

Nama               : Emma

Asal                 : Solo

Pertanyaan      : Kak, saya emma dari solo. Ingin bertanya apakah ada dampak negatif penggunaan

dan perkembangan AI bagi kehidupan manusia selain aspek sosial, misal kesehatan  baik fisik maupun emosional. Apakah akan muncul penyakit² spesifik yang diakibatkan dari seringnya penggunaan AI yg rata² memang melibatkan internet. Penggunaan hp berlebih saja dikhawatirkan bisa menimbulkan tumor maupun kanker otak. Bagaimana dg AI terutama IOT yg full trsmbung gadget dan internet.

Jawaban          : Untuk ini, maaf bukan kapasitas saya untuk memberi jawaban yang baik.
   Sebaiknya yang menjawab psikolog atau dokter. Maaf.

Pertanyaan Keenam

Nama               : Firman

Asal                 : –

Pertanyaan      : Selamat malam. Izin bertanya. Perkenalkan nama saya Firman. Kami sedang

  mengembangkan sebuah platform belajar al-quran secara online dengan

menambahkan fitur voice recognition untuk mendeteksi benar tidaknya

pengucapan (makhrajal huruf) atau pronunciation, nah dalam AI sendiri untuk jenis

ini apakah menggunakan supervised learning atau unsupervised learning. Dan data

inputan voice untuk machine learningnya bagaimana ya metodenya? Apakah

dengan mendapatkan pola frekuensi suara yang dikeluarkan (per dB), dan

bagaimana mekanismenya?  Apakah terdapat API yang bisa dipakai atau harus

membuat sebuah ML yg baru. Terimakasih

Jawaban          : Ini uraiannya akan sangat panjang. Boleh merujuk ke artikel ini yah. Semoga
  membantu. https://medium.com/@ageitgey/machine-learning-is-fun-part-6-how-   to-do-speech-recognition-with-deep-learning-28293c162f7a

 Dan oh iya. Dulu saya pernah bekerja sebagai AI/ NLP Engineer di startup Al-Qur’an di Depok. Pernah ada rencana untuk kembangkan teknologi voice recognition ini juga. Mungkin bisa dicoba untuk kolaborasi. 🙂 https://learn-quran.co/

CLOSING STATEMENT

Artificial Intelligence saat ini menjadi salah satu teknologi kunci di era Revolusi Industri 4.0. Penting bagi kita untuk mengenal teknologi ini beserta potensi yang ditawarkannya. Apapun bidang teman-teman, bisa coba lihat peluang ini.

Pada dasarnya, teknologi AI adalah alat. Bebas nilai. Baik atau buruknya sangat tergantung kepada siapa yang menggunakannya. Saya percaya, di Indonesia sendiri masih banyak orang-orang baik yang ingin terlibat berkontribusi untuk Indonesia lebih baik. Mari kita tetap fokusk pada manfaat-manfaat besar yang sudah ditawarkan bahkan diaplikasikan oleh AI, dan jangan sampai kekhawatiran itu membuat kita menjadi skeptis dengan teknologi itu. Waspada itu boleh-boleh saja, dan bisa dikongkritkan dengan aksi untuk menjaga agar implementasi teknologi ini tetap pada koridor yang baik. Contoh, mengintensifkan research terkait AI safety.

Oh yah. Mohon doa rekan-rekan, saya berencana untuk membuat gerakan Indonesia.ai untuk mengkampanyekan penggunaan positif teknologi AI, dan membantu engineer-engineer di Indonesia agar mengenal teknologi ini lebih baik lagi. Mohon doannya yah.

Leave a Reply