Judul buku ini Homo Deus yang diambil dari kata “homo”, artinya sapiens atau manusia modern, kemudian kata “deus” yang diambil dari bahasa latin yang artinya maha kuasa. Dalam buku ini menceritakan dimana manusia seperti bermain-main dengan kekuasaan Tuhan, memanipulasi organisme, mengeksploitasi organisme, membuat kecerdasan baru dan menggambarkan manusia dimasa depan itu seperti Tuhan yang memiliki kekuasaan ilahiah.
Buku ini terbagi menjadi 4 bagian, satu bagian pembuka dan tiga bagian inti. Pada bagian pembuka terdiri atas masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia modern, bagian kedua menceritakan bagaimana hubungan manusia dengan ciptaan lainnya, bagian ketiga bagaimana manusia itu memberikan makna di bumi, bagian terakhir menceritakan bagaimana manusia merubah realitas yang terjadi di bumi ini. Inti dari buku ini terletak diakhir bagaimana manusia itu kehilangan kendali dari apa yang diciptakannya sendiri, seperti teknologi-teknologi yang dibuat oleh manusia modern.
Bagian Pembuka
Penulis menggambarkan bahwa hubungan manusia itu sangat berbeda dengan hewan seperti apabila 10 simpanse dikumpulkan dalam satu ruangan maka mereka tidak berbuat apa-apa namun berbeda dengan manusia yang apabila dikumpulkan maka mereka akan sangat mudah berkomunikasi dan menciptakan suatu hal. Namun ada agenda-agenda lama manusia yang disebutkan juga seperti:Garis kemelaratan biologis, armada bayangan, melanggar hukum rimba yang banyak mengubah kehidupan manusia.
Dalam buku ini menceritakan agenda-agenda yang akan dilakukan umat manusia seperti mengincar keabadian, dimana mereka sangat membayangkan bagaimana hari-hari kematian itu bisa ditentukan dan tidak ada kaitannya dengan sang pencipta.Kemudianmereka mengumpulkan uang dan membangun gedung megah namun ternyata mereka masih tidak juga bahagia bahkan banyak yang mengakhiri nyawanya karena deperesi. Selain itu mereka menganggap Tuhan di planet bumi, dan menjelaskan bahwa dewa-dewa memiliki kekuasaan sendiri. Dimana manusia menginginkan untuk dapat mengendalikan kekuatan-kekuatan tersebut.
Homo Sapiens Menaklukan Dunia
Manusia menunjukkan kekuasaannya dengan menciptakan berbagai teknologi-teknologi mutakhir. Kemudian dalam bagian ini memuat bagaimana perbedaan antara manusia dan semua ciptaan lainnya, bagaimana spesies manusia menaklukkan dunia, dan bagaimana kehidupan manusia, apakah memiliki bentuk kehidupan superior atau hanya jargon belaka.
Kemudian, manusia menganggap dirinya adalah pusat. Dalam antroposen, untuk kali pertama planet bumi menjadi satu kesatuan ekologis tunggal, dan manusia menyebabkan organisme dari seluruh dunia bercampur secara regular, tanpa terkendala jarak geografi.Pada zaman nenek moyang dan kesepakatan ilahi; justifikasi perlakuan Sapiens terhadap binatang lain dan selain itu revolusi agrikultur juga merubah segalanya.
Dalam hal ini manusia juga dikatakan sebagai organisme algoritma. Dimana algoritma adalah urutan logis pengambilan putusan untuk pemecahan suatu masalah, dalam buku dijelaskan bahwa binatang memiliki kebutuhan objektif.Dalam kehidupan sehari-hari mereka menganggap bahwa segala perilaku-perilaku alamiah yang dilakukan oleh manusia semua itu merupakan suatu program.
Selain itu, manusia memiliki 3 komponen yaitu jiwa, pikiran dan kesadaran.Sains modern mengatakan berbeda, bagaimana manusia tahu dirinya sendiri atau punya jiwa, dimana sains tidak bisa menemukan bagian ini.Manusia tidak tau bagaimana asal kesadaran ini namun manusia modern menemukan bahwa kesadaran itu berasal dari sinyal elektrik, proses fisika dan proses biokimiawi dalam tubuh. Namun, sejauh ini Sains modern belum bisa membuktikan secara sepenuhnya kesadaran manusia dan pengalaman subjektif yang dirasakannya, namun tak menapikkan keberadaannya. Teori paling terakhir mengatakan bahwa kesadaran adalah semacam polusi mental yang dihasilkan oleh sinyal jaringan neuron. Ia tidak melakukan apa-apa, ia hanya ada.
Homo Sapiens Memberi Makna Bagi Dunia
Dalam bagian ini kita akan tahu bagaimana manusia memberi arti untuk dunia, seperti bagaimana manusia menjadi yakin bahwa mereka tidak hanya menguasai dunia, tetapi juga memberinya makna dan bagaimana humanisme-menyembah manusia-menjadi agama yang paling penting bagi mereka. Manusia menganggap apa yang kita ciptakan didunia ini adalah hasil dari imajinasi kita sebagai homo sapiens. Seperti Perusahaan, Hukum-Hukum, bahkan Negara-Negara, perjanjian-perjanian, dokumen dokumen di atas kertas, dan lain-lain semuanya adalah hal-hal yang tidak ada sebelumnya, kemudian kita wujudkan baik secara individu maupun secara kolektif. Kemudian, manusia mendokumentasikan kehidupannya diatas kertas-kertas dokumennya. Namun alih-alih kertas dokumen itu menggambarkan realita, jika dokumen itu tak sama realitas pada nyatanya, kita membuat realita itu sendiri menjadi sesuai “Kitab-Kitab Suci” yang kita buat.
Dalam buku ini dikatakan bahwa sains selalu membutuhkan bantuan agama dalam rangka menciptakan institusi-institusi kemanusiaan yang tangguh. Para ilmuwan mempelajari bagaimana dunia berfungsi, tetapi tidak ada metode saintifik untuk memastikan bagaimana manusia harus diperlakukan. Sains memberi tahu kita bahwa manusia tidak bisa bertahan tanpa oksigen. Namun apakah boleh mengeksekusi penjahat dengan pembekapan nafas ? Sains tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan semacam itu. Hanya agama yang bisa memberi kita pedoman yang diperlukan”.
Pada era modern, manusia semakin meninggalkan keyakikan keyakinan pra-modern mereka. Kultur modern menolak keyakinan tentang rencana kosmis, yang diatur Tuhan dan dewa-dewa. Kehidupan tidak memiliki naskah drama, tidak punya pengarang, tidak punya sutradara, tidak punya produser dan tak punya makna. Karena itu, perjanjian modern, memberi manusia godaan besar, yang berpasangan dengan ancaman kolosal. Kemahakuasaan ada di depan kita, tetapi di bawah kita menguap neraka ketiadaan paripurna. Pada level praktis, kehidupan modern berisi pemburuan terus menerus kekuasaan dalam sebuah alam tanpa makna. Ya, kita orang modern telah berjanji untuk membuang makna, ditukar dengan kekuasaan. Seperti bagaimana manusia modern menyelsaikan permasalahan ekonomi modern, namun menukarkannya dengan mengeksplorasi dan menaklukkan lahan-lahan baru.
Homo Sapiens Kehilangan Kendali
Pada bagian ini, dimana sebelumnya dikatakan bahwa manusia moden telah banyak melakukan penelitian dan penemuan hal-hal baru namun bagaimana manusia terus menjalankan dunia dan memberinya makna ?kemudian apakah bioteknologi dan kecerdasan artifisial mengancam humanisme ? dan siapa yang mungkin mewarisi umat manuisa dan apa agama baru yang mungkin menggantikan humanisme ?
Pada abad pertengahan, kita meyakini bahwa homo sapiens adalah sebuah kotak hitam misterius, yang system kerjanya diluar jangkauan kita. Namun Ketika sains modern, membuka kotak hitam itu, mereka menyimpulkan tidak ada “diri”, tidak ada jiwa, tidak ada kehendak bebas. Yang ada hanyalah gen-gen, hormon-hormone, dan neuron-neuron yang mematuhi hukum fisika dan kimia yang sama dengan yang mengatur seluruh realitas lainnya. Apa yang manusia kira selama ini adalah kehendak bebas ternyata hanyalah, sinyal elektrik yang dikirim oleh neuron untuk menimbulkan sensasi sensasi biokimiawi, dan membuat manusia mengambil keputusan berdasarkan sensasi-sensasi itu.
Maka apa implikasinya ? Jika manusia mempercayai akan ketidakadaannya jiwa, maka secara logis, kita bisa mengendalikan kehendak bebas mereka dengan menggunakan obat, rekayasa genetika, atau stimulasi otak langsung. Dan Implikasi lain adalah, kesadaran, perasaan rumit seperti cinta, marah, takut, dan depresi dapat dimanipulasi melalui sinyal sinyal elektrik pada titik yang tepat.
Setelah kita tahu bahwa sains modern, memliki nilai individualisme kita seperti kehendak bebas. Beberapa manusia mulai mempertanyakan, pertanyaan “siapa saya”. Karena secara biologis, manusia adalah kumpuluan 37 triliun sel, namun jika sel itu sendiri dipisahkan dari manusia, ia dapat hidup tanpa manusianya. Sel manusia itu sendiri mengalmi kematian dan berganti setiap detiknya, membuat bagian penyusun baru di dalam tubuh kita.
Pertanyaan “siapakah saya” ini bergesar dari pertanyaan filosofis menjadi pertanyaan bioteknolgi dan ilmiah setelah kita mengetahui bahwa manusia tak ubahnya seperti sebuah algoritma seperti organisme lain, rubah algoritma itu, maka kita bisa mengubah manusia itu.
Percobaan percobaan neurosains yang ada membuktikan bahwa pengalaman kesadaran manusia bisa dimanipulasi, pun begitu dengan memori atau ingatan manusia itu, ia dapat di fabrikasi dengan cerita-cerita buatan atau false memory. Lalu sebenarnya apa makna kehidupan? Setelah sains-sains modern melemahkan nilai nilai indvidualisme pada liberalisme, dengan argumentasi bahwa kehendak bebas hanyalah sebuah fiksi yang dikarang oleh susunan algoritma biokimia. Setiap saat mekanisme biokimia itu menciptakan sekelebat pengalaman baru, dan kemudian langsung hilang. Diri yang bercerita berusaha memaksakan keteraturan pada silang sengkarut ini dengan memintal sebuah cerita tanpa akhir , yang didalamnya mempunyai pengalaman tersendiri dan memiliki makna yang langgeng, namun betapapun meyakinkannya dan menggodanya cerita ini, ia hanyalah fiksi. Kaum liberalis modern percaya bahwa pilihan bebas individu memberi makna bagi kehidupan. Namun mereka semua sama-sama delusional.
Agama baru tidak mungkin muncul dari gua – gua. Namun kemungkinan agama baru itu akan muncul dari laboratorium-laboratorium riset. Sebagaimana sosialisme mengambil alih dunia dengan menjanjikan penyelamatan melalui mesin uap dan listrik, Agama tekno humanisme menjanjikan manusia lewat penyelawamant melalui algoritma dan gen-gen
Agama tekno humanisme menganggap, masa Homo Sapiens di dunia ini telah usai, ia harus segera digantikan oleh manusia-manuisa super, Homo Deus, ras manusia yang jauh lebih unggul. Yang mempunyai fitur penting manusia, namun memiliki kemampuan fisik dan mental yang terbarukan, yang akan memungkinkannya tegak menghadapi algoritma non-kesadaran yang paling canggih. Menurut mereka, manusia harus secara aktif memperbarui diri mereka jika ingin menjadi pemain didunia. Maka agama tekno humanis ini, secara aktif memodifikasi kemampuan manusia lewat kesadarannya. Namn ini hanyalah transisi menuju fase agama berikutnya.
Dataisme mendeklarasikan bahwa alam semesta terdiri dari alian data dan nilai setiap fenomena atau entitas ditentukan oleh kontribusinya pada pemprosesan data. Bagi manusia, dataisme menawarkan super power yang tidak mereka miliki sebelumnya. Menguasai data, berarti kita menguasai dunia.
Big data mengubah manusia dalam mengambil keputusan. Seorang ekonom mampu menganalisa prediksi keadaan ekonomo 10 tahun mendatag dari data-data ekonomi , seorang insinyur mampu menganalisa kerusakan mesin dari aliran data getaran mesin itu, seorang dokter mampu memprediksi penyakit pasien dari data-data simpton pasien.
Perang manusia abad-21 tidak lagi didasarkan perang fisik, namun perang didasarkan, siapa yang paling banyak menguasai data dan paling cepat pemprosesan datanya. Manusia abad-21 berlomba-lomba meningkatkan kekuatan komputasi untuk pemprosesan data.
Lalu Apa yang Harus Dilakukan Manusia?
“People are usually afraid of change because they fear the unknown. But the single greatest constant of history is that everything changes.”
(Yuval Noah Harari – Homo Deus)