MITI KM Bina Wilayah Jabalnusra mengadakan bincang-bincang seputar Keluarga Sadar Gizi guna meningkatkan kesadaran anggotanya terhadap Keluarga Sadar Gizi—yang dikenal juga dengan istilah kedarzi. Keluarga merupakan susunan unit masyarakat terkecil dalam struktur masyarakat. Kehadiran dan keberlangsungannya, dipengaruhi oleh faktor asupan gizi yang menjadi penyusun kekuatan keluarga itu sendiri.
Risma Nuril Kholisoh S.Tr., Gz., sebagai pembicara memaparkan tentang tujuan dari program kedarzi sebagai awal diskusi. Tujuan dari Kedarzi (keluarga sadar gizi) adalah tercapainya keadaan gizi yang optimal untuk seluruh anggota keluarga, yang diiringin dengan peningkatan pengetahuan dan perilaku anggota keluarga untuk mengatasi masalah gizi. Sehingga, diharapkan kepedulian masyarakat dalam menanggulangi masalah gizi keluarga akan meningkat dan di kemudian hari akan mampu untuk memberdayakan masyarakat dalam mencegah serta mengatasi masalah gizi. Dengan persiapan yg baik dari keluarga sadar gizi, maka harapannya keluarga Indonesia akan menjadi keluarga yang sehat dan berkualitas.
Kedarzi dimaknai sebagai keluarga yang semua anggota di dalam keluarganya mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah kesehatan terutama masalah gizi di dalam keluarga. Suatu keluarga dikatakan berperilaku sadar gizi apabila keluarga tersebut telah menerapkan program gizi dengan baik secara terus menerus, yang sekurang-kurangnya meliputi penimbang berat badan secara teratur, pemberian Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif). Sebab dalam kenyataannya, ada sebagian keluarga yang kurang sadar akan peran gizi. Sehingga lahir anggapan bahwa asupan makanannya selama ini sudah cukup memadai karena tidak ada dampak buruk yang mereka rasakan. Padahal dalam jangka panjang, tetap ada ancaman terhadap kesehatan keluarga tersebut.
Saat sesi tanya jawab, terdapat satu pertanyaan menarik, yakni mengenai perilaku anggota keluarga yang gemar terhadap makanan pedas. Apakah hal tersebut diturunkan ataukah timbul karena kebiasaan secara alami. Pemateri mengungkapkan bahwa peran kebiasaan dan lingkunganlah yang membentuk perilaku gemar tehadap makanan pedas. Lingkungan pun mempengaruhi kebiasaan seseorang. Bisa jadi jika satu keluarga senang terhadap makanan pedas, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain.
Maka, untuk membentuk keluarga yang sehat, kuat, dan bergizi kelak, tiap individu seyogyanya dapat meningkatkan kepeduliannya terhadap kesehatan khususnya gizi. Kemudian, membentuk perilaku anggota keluarga, dan terakhir adalah sadar akan pengaruh, manfaat dan pentingnya gizi dalam lingkungan keluarga.