You are currently viewing Seni Mengajar dalam Masa Pandemik

Seni Mengajar dalam Masa Pandemik

SHARE WITH US NEXT LEVEL (NL)

Pedagogi dalam Infodemik : Seni Mengajar dalam Masa Pandemik”

oleh Rahmi, Ph.D.

Staff Pengajar Dept. Perpustakaan dan Informasi, FIB UI

Ketua Kappa Sigma Kappa Indonesia (KSKI)

Di akhir Maret 2020, kita ketahui bahwa ada himbauan sebuah transisi besar-besaran dalam dunia pendidikan. Dimana sebuah proses tatap muka menjadi proses virtual. Tidak ada pemberhentian proses belajar dan mengajar dalam kondisi pandemik ataupun new normal. Banyak penggunaan cara dalam merubah proses salah satunya mengoptimalkan telekonferensi. Pada kondisi tersebut setiap orang mampu berjuang melawan pandemik atau infodemik terutama dalam bidang pendidikan atau pedagogi.

Pedagogi sendiri adalah sebuah aktivitas yang berkaitan erat dalam metode pendidikan. Dalam hal ini pemateri lebih mengoptimalkan informasi atau kanal yang dapat memberi tahu akan keterkaitannya pedagogi dengan infodemik. Dikarenakan pemateri berasal dari background berbeda dan tidak begitu mendalami metode pendidikan maka di sini kita akan membahas dasar infodemik tersebut dengan langkah pedagogi itu sendiri.

Infodemik adalah dua buah kalimat perpaduan yang digabungkan “informasi” dan “pandemik”, dimana ternyata ada banyak sekali informasi yang tersebar yang berdampak seperti fake-news atau hoaks.

Pada pembahasan ini, ada 4 keresahan personal tersendiri dalam menjadi permasalah penelitian;

  1. Kurikulum saat ini terfokus kepada menargetkan peserta didik menjadi profesional akan tetapi tidak menyiapkan kondisi yang terjadi dimasa pandemik ke new normal saat ini.
  2. Proses individu mandiri mode jarak jauh sejak awal seharusnya sudah diinisiasi dan diarahkan di awal Maret 2020 yang akhirnya mereka yang berdampak tidak dapat mengolah situasi sosial tersebut.
  3. Hilangnya aspek sosial dari pengalaman belajar atau tidak tersambung dikarenakan tidak bertemu secara tatap muka.
  4. Dampak situasi dalam kondisi kedepannya.

Lalu pertanyaan dalam semua latar masalah tersebut adalah:

Apa yang seharusnya dilakukan oleh perguruan tinggi dalam mendukung keberhasilan mahasiswa di semester selanjutnya atau tahun akademik kedepan. Lalu apa yang harus dilakukan dosen atau fasilitator dan bagaimana cara yang dilakukannya. Dalam hal ini pemateri akan memaparkan 3 solusi alternatif dalam melihat kondisi tersebut, yaitu experiental knowledge dan juga solusi alternative lainnya.

Solusi alternatif: experiential knowledge dengan secara pengalaman lewat parameter reponden (keluhan mahasiswa) dengan adanya PJJ (pelajaran Jarak Jauh):

  1. Penggunaan platform whatsapp group dan zoom

Mensiasati penggunaan platform telekonferensi seperti whatsapp group, zoom, dan platform lainnya

  • Analisis pertanyaan per pertemuan

Mengevaluasi kinerja sebagai dosen pengampu melalui pertanyaan yang diajukan lewat diskusi tertulis dengan platform whatsapp group

  • Pemberian kuis sebagai sarana mengenali mahasiswa

Mengidentifikasi perilaku mahasiswa/I dengan menggunakan matriks korelasi antar-item.

Pada tiga solusi alternatif ini akan diulas lebih dalam bagaimana langkah solusi pedagogi berjalan dengan baik antara peran pendidik kepada pelajar.

A. Penggunaan Platform Whatsapp Group dan Zoom

Contoh tahapan yang baik dilakukan dalam mengoptimalkan pembelajaran lewat pengunaan telekonferensi

  1. Setiap Mata Kuliah (MK), tedapat 7 pertemuan selama 2,5 jam dan 1 pertemuan untuk Ujian AkhirSemester (UAS);
  2. Dosen pengampu sebelumnya sudah meng-unggah materi pada platform e-learning universitas minimal 1 hari sebelum kelas di mulai;
  3. Kelas dimulai ontime pada Whatsapp Group, misal pukul 13:00;
  4. Mahasiswa menulis nama dan ‘hadir’ dan ditungguhingga 13:05; jika telat tidak apa-apa dan absensimasih dapat diterima sebelum dosen pengampu menutup pertemuan;
  5. Pukul 13:06 mengupload materi di Whatsapp danmahasiswa/i diminta untuk membaca sampai 13:45; dan
  6. Pukul 13:46-selesai dilakukan diskusi tertulisinteraktif dengan mempersilakan 3 pertanyaan persesi.

B. Analisis Pertanyaan per Pertemuan

C. Pemberian Kuis sebagai Sarana Mengenali Mahasiswa

Pada Alternatif tersebut dapat dilakukan dengan 4 metode tersebut dengan Matrik korelasi antar-item.

  1. Memberikan tugas lembar kerja

Selesai pertemuan ke-1, diberikan tugas menulis opini singkat 1-2 halaman mengenai kaitan peranMK(mata kuliah) tersebut dengan COVID-19

  • Setelah deadline

Setelah seluruh mahasiswa/i menulis opini sesuai instruksi yang diberikan, lalu dosen pengampu menggabungkan tulisan tersebut keformat .pdf

  • Kuis

Dosen pengampu membuat formulir penilaian (google form). Masing-masing mahasiswa/i menilai tulisan dirinya sendiri dan teman-temannya. Kemudian, masing-masing memberikan alasan subjektif, objektif, atau lainnya.

Total nilai kuis per mahasiswa =

Hasil rerata penilaian (70%) + Nilai dari dosen pengampu (30%)

  • Triangulasi

Hasil rerata penilaian (70%) dianalisis melalui matriks korelasi antar-item yang akan menunjukkan kedekatan antar mahasiswa/i dengan mahasiswa/i lainnya (subjektivitas). Kemudian, keabsahan hasil tersebut di konfirmasi melalui mahasiswa/i dalam tim. Hasil ini menjadi rekomendasi untuk meningkatkan awareness hubungan dan juga menghindari perseteruan.

Matriks korelasi antar-item tersendiri adalah untuk dapat mengetahui korelasi penilaian yang diberikan mahasiswa/i dan dapat mengetahui secara objektif.

Latar belakang kendala hadir, misal:

“Ketika di WAG saya ingin bertanya namun saya malu untuk bertanya karena saya pernah salah kata ketika di WAG dengan dosen lain.Saya mohon maaf karena sayakurang aktif di grup akibat insiden itu.”(Perempuan, MK-D)

“Hal lain yang ingin saya sampaikan adalah terkait denganPembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Jujur PJJ ini terkadang membuatsaya menjadi malas terlebih ketika mengetahui ada beberapa dosenyang memberikan banyak tugas dengan deadline yang sangat cepat,terkadang terjadi kendala saat mengerjakannya terlebih lagi kondisisaya saat ini yaitu laptop saya sedang di servis dan belum tau kapan akan benar. Namun, Alhamdulillah saya masih bisa menggunakanansmartphone, dan dengan tugas yang banyak dengan deadline yangcepat, terlebih lagi terkadang terjadi kendala dalam pengerjaan,membuat saya akhirnya menjadi malas dan “bodo amat” dengantugas, meskipun pada akhirnya saya menyadari bahwa saya harus danpasti bisa mengerjakannya, hal tersebut terkadang selalumengganggu saya.” (Laki-laki, MK-B)

Solusi alternatif lainnya adalah mengamati kondisi gambaran kemungkinan kedepan semester depan sistem pendidikan.

A. Persiapan

  • Tetapkan tujuan dan sasaran yang jelas
  • Mendesain struktur pengorganisasian yang jelas
  • Membuat garis besar berbagai jenis kegiatan diskusi
  • Menjadikan diskusi online sebagai bagian integral dari bahan ajar
  • Menetapkan waktu mulai dan berakhir yang jelas untuk setiap topik diskusi
  • Memberikan instruksi terperinci, termasuk peran dan tanggung jawab mereka
  • Menetapkan aturan untuk perilaku yang pantas dan tidak pantas sebelummemulai diskusi
  • Tetapkan poin atau persentase nilai untuk partisipasi
  • Menetapkan harapan dan standar yang jelas untuk menilai kinerjamahasiswa/i
  • Mengarahkan siswa ke kelas pelatihan teknologi, tutorial online, dan bantuanlainnya jika diperlukan

B. Fasilitas

  • Ciptakan suasana yang nyaman
  • menjadi peserta aktif
  • bawa pengalaman ke diskusi
  • gunakan anekdot pribadi bila perlu
  • jangan mendominasi diskusi atau membiarkan beberapa mahasiswa/I mendominasi diskusi
  • tantang mahasiswa/i tanpa membungkam mereka
  • Ajukan pertanyaan di berbagai tingkatan (mis. pengetahuan, pemahaman,aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi)
  • Parafrase pesan jika tidak jelas
  • Mendorong partisipasi aktif mahasiswa/i
  • Aktifkan diskusi online jika diperlukan (mis. menggunakan permainan peran,simulasi, dan pro dan kontra)
  • Tutup diskusi online (mis. merangkum poin pembelajaran)

Masuk kepada tahap setelahnya yaitu peran dosen atau fasilitator untuk membantu mahasiswa/i berhasil dalam lingkungan hybrid atau PJJ?

  1. Mengajarkan tentang dan bagaimana menggunakanfitur instruksional khusus program, mis. glosarium,materi multimedia, dan lainnya
  2. Mengajarkan tentang dan bagaimana menggunakanalat teknis khusus yang tersedia, mis chat rooms,menghubungi instruktur, dan lainnya
  3. Memberikan instruksi di bidang pengaturan mandiriyang penting, termasuk:
  4. manajemen waktu
  5. menghasilkan dan mempertahankan motivasi
  6. mengelola kecemasan
  7. Membantu membuat rencana manajemen untukberhasil menyelesaikan bahan ajar online
  8. Mengajarkan membantu mencari teknik sepertimengirim email atau mengobrol dengan dosenpengampu, asisten pengajar, atau mahasiswa/i lainketika mengalami masalah
  9. Menyertakan pertanyaan tingkat tinggi dan notulensiyang disisipkan bahan ajar online sehingga merekadapat memeriksa pemahaman tentang materi saatmenavigasi melalui setiap pelajaran
  10. Membuat grafik organizer online

DAFTAR PUSTAKA

  1. Helix Education. (n.d.). The COVID-19 Roadmap toFall 2020. Retrieved May 14, 2020, fromhttps://www.helixeducation.com/new-future/
  2. Hill, P. (2020, April 15). The Unlikeliest Scenario: Fully face-to-face programs in Fall 2020. Retrieved May 14,2020, from https://philonedtech.com/the-unlikeliest-scenario-fully-face-to-face-programs-in-fall-2020/
  3. Kelly, K. (2020, April 22). COVID-19 Recovery and Planning Must Include Student Perspectives. RetrievedMay 14, 2020, from https://philonedtech.com/covid-19-recovery-and-planning-must-include-studentperspectives/
  4. Lupton, D. (2016). The quantified self. John Wiley & Sons.
  5. McKeachie, W., & Svinicki, M. (2013). McKeachie’s teaching tips. Cengage Learning.
  6. Rahmi, R. (2019). The Use of Sight, Hearing, and Touch on Information-seeking Behaviour of the Great EastJapan Earthquake. Journal of Information and Media Studies, 18 (Issue 1), Pages 13-27.
  7. Rahmi, R., Joho, H., & Shirai, T. (2019). An analysis of natural disaster‐related information‐seeking behaviorusing temporal stages. Journal of the Association for Information Science and Technology, 70(7), 715-728.
  8. Xie, B., He, D., Mercer, T., Wang, Y., Wu, D., Fleischmann, K. R., … & Lee, M. K. (2020). Global health crises arealso information crises: A call to action. Journal of the Association for Information Science and Technology.
  9. Zarocostas, J. (2020). How to fight an infodemic. The Lancet, 395(10225), 676.

TANYA JAWAB

  1. Q :  Dikatakan bahwa dalam kondisi pandemik, kita juga berjuang melawan infodemik. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan infodemik secara umum? Apa dampak yang diakibatkan oleh infodemik dalam kehidupan sehari-hari?

A : Infodemik secara general adalah gabungan dari informasi dan pandemik. Ini merupakan perluasan sisi negatif dari penyebaran informasi yang disalahgunakan, mis. mis-informasi, dis-informasi, hoaks, dan fake news.

Contoh yang disebabkan oleh informasi yang muncul pada saat infodemik ini adalah (kalau tidak salah) teori konspirasi.  Namun, jika saya balik lagi ke tema pedagogi dalam infodemik; kadang dalam pengajaran, mahasiswa butuh berulang kali mengonfirmasi apa tugasnya, apa yang harus dilakukan. Karena bahasa tertulis kadang berbeda dengan apa yang disampaikan pada saat pengajaran tatap muka.

2. Q : bagaimana jurusan kuliah bidang sains dan teknik yang notabene perlu praktikum untuk memahami goal pembelajaran dari MK itu?

A : semester ini saya tidak mengajar praktik, semester ganjil biasanya saya mengajar kelas praktik. Pun dibidang saya kebanyakan praktiknya menggunakan komputer. Tadi saya konsultasi juga dengan kolega saya untuk ilmu eksakta di UGM yang mengajar untuk mahasiswa D3 dan D4, respon p   erkuliahan mereka berbeda, dan pada saat pandemi, mereka memfokuskan pada pengabdian masyarakat bukan ke lab terkait. Pun ada beberapa di Rumpun ilmu kesehatan yang kebanyakan praktik di lab basah juga capaian pengajarannya berubah.

Misalnya dari taxonomy bloom yang mengatakan mampu menerapkan, mungkin diganti menjadi mampu memahami. Hehehe, mohon maaf karena belum bisa menjawab secara terperinci, karena mungkin harus dilakukan penelitian lebih lanjut di bidang eksakta dan kembali lagi ke setiap program studi.

3.      Q : Bagaimana tips melawan badmood atau lebih tepatnya mengelola stress dan kecemasan dengan banyaknya tugas menjelang UAS?

A : Untuk mengelola stress, saya mengerti sekali peserta didik akan diberikan banyak tugas daripada biasanya, dan oleh karena itu mereka akan khawatir dengan nilai. Mungkin ini juga yang harusnya menjadi bahan pertimbangan bahwa untuk pengajaran pada saat pandemi, pengajar dan peserta didik mampu memahami situasi masing-masing; karena kedua belah pihak juga merasa tidak diuntungkan. Tapi sebenarnya ya, Mbak mahasiswa tidak perlu khawatir dengan penilaiannya saat ini, karena kemungkinan untuk tidak lulus itu minim sekali, karena kebijakan dari hmm ‘atasan’ dan tidak disebarkan kepada peserta didik. Mungkin ini bisa disebut blessings in disguise.

Mengelola stress dan kecemasan juga dapat dikatakan sebagai latihan mbak untuk mengubah kebiasaan, karena kebiasaan akan bisa diubah setelah 26 hari ya untuk sanggup memahami pola diri. Biasanya nanti ada jeda lagi mbak, transisi setelah uas sampai masuk kuliah lagi, ini juga stress mengisi kekosongan. Jika terbiasa sibuk, mungkin Mbak Mujaroh bisa mengikuti penelitian dengan dosen, karena dosen-dosen saat ini banyak diminta penelitian untuk prosedural baru. Sebagai informasi lebih lanjut, juga akan ada kebijakan mengenai semester depan akan go online juga.

4.      Q : Disebutkan adanya keseimbangan antara guru dan orang tua. Lalu adakah psikis mental orang tua yang dihadapi jika berlanjut menjadi ketetapan sistem baru pendidikan?

          A : Betul, ada psikis yang dihadapi oleh orang tua. Contohnya, salah satu mahasiswi saya pulang ke kampungnya di luar pulau Jawa. Mahasiswi tersebut curhat mengenai keadaannya karena orang tuanya menganggap mahasiswi tersebut tidak membantu kegiatan di rumahnya sementara mahasiswi tersebut masih berusaha untuk mengikuti perkuliahan aktif dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Jika keadaan sekarang berlanjut dan sistem baru pendidikan dijalankan, maka harus ada komunikasi antara peserta didik dan orang tuanya. Mungkin perlu dikomunikasikan dengan cara yang bijak bahwa masih diberlangsungkan perkuliahan, sehingga hanya dapat membantu sabtu-minggu atau malam hari.

Mungkin ada pendapat yang lain? Link berikut untuk perkembangan terkini dalam bidang hybrid pedagogy : https://hybridpedagogy.org/

Jawaban saya tadi menurut masuk akal atau tidaknya, jadi menurut saya tidak mungkin dibebaskan tanpa tugas rumah (untuk mahasiswa/i ya). Nah, karena biasanya mahasiswa/i dari luar kota tinggal jauh dari orang tuanya, dan tingginya biaya perkuliahan, maka jika mereka kembali ke tempat tinggal orang tuanya, kadang banyak orang tua yang mengeluh juga. Miskom ini sering terjadi antar mahasiswa dan orang tuanya, Mas. Pun orang tua harus memahami tingkat perkembangan anaknya, sebagai contoh saya menggunakan tabel dari erikson:

https://en.wikipedia.org/wiki/Erikson%27s_stages_of_psychosocial_development

Leave a Reply