You are currently viewing Bersama Literasi Membangun Negeri

Bersama Literasi Membangun Negeri

Format Penulisan Notulensi GIB Talkshow 5 FELARI 2019-2020 

1. Informasi Talkshow 

Judul Talkshow : Bersama Literasi Membangun Negeri Tanggal Pelaksanaan : 20 Mei 2020 Narasumber : Elmo Juanara Moderator : Cindy Anggraeni 

2. Quotes Narasumber 

Sakura adalah sakura. Azalea adalah azalea. Mereka semua tampak cantik karena berbeda. Manusia juga sama seperti bunga, tak perlu tampak sama. Setiap orang harus berusaha untuk mekar dan menampakkan. Keindahannya sendiri-sendiri” 

3. Profil Singkat narasumber : 

Narasumber adalah Elmo Juanara. Beliau merupakan lulusan S1 Teknik Industri di Universitas Brawijaya, Malang dan melanjutkan studi S2 nya di Management and Business Development, Shizouka University, Japan.  Ketua Umum MITI KM (Klaster Mahasiswa) 2019-2021.

Sejak menyelesaikan studi S1, narasumber sudah aktif dan ikut terlibat dalam melakukan penelitian yang dilakukan bersama pihak pemerintah. Penulis juga sudah membuat 2 buku yang dipublikasikan, diantara nya yaitu buku “Muda dan Berbahaya” dan “Ada Surga di Brawijaya”. Narasumber merupakan awardee Asia Bridge Program (ABP) Scholarship dan JASSO Scholarship. Juga aktif di berbagai konferensi internasional. 

4. Penjelasan singkat inti materi yang di sampaikan 

Sharing dengan narasumber mengenai bagaimana literasi dapat membangun negeri. 

5. Penyampaian Materi 

Alasan kuliah ke Jepang karena sudah terpengaruh budaya Jepang semenjak kecil, sehingga beliau hobi mengumpulkan quotes-quotes dari anime (film kartun Jepang yang diadaptasi dari manga) dan terinspirasi oleh alumni-alumni universitas di Jepang yang menjadi salah satu motivasi beliau untuk meneruskan studi ke Jepang. 

a. Mengapa literasi penting? 

Karena beliau senang dengan makna literasi. Meskipun bukan anak bahasa maupun duta literasi, beliau sudah merilis 2 buah buku dan melakukan join research sebanyak 5x (satu diantara nya untuk skripsi studi S1). Semenjak studi S1, di kampus dulu sering dibilang, aktivis kampus harus terbiasa dengan aktivitas literasi yaitu membaca – berdiskusi – menulis, hal ini persis seperti firman pertama Allah kepada Rasulullah saw “iqro bismirabbikalladzi khalaq”. Sehingga literasi bagi pembicara sangat bermakna dan suatu hal yang penting. 

Bahwa literasi lebih dari sekedar membaca. A statue in Japan “Your weight & value is not the number of Kilograms or Size, but the number of Books you read.”. Hal ini yang membuat narasumber tertarik dengan ilmu pengetahuan. b. Apakah literasi hanya sebatas kita membaca/memahami suatu bacaan saja? 

Apakah ada batasan atau kategori orang yang bisa berliterasi? Dalam agama Islam, seperti wahyu pertama yang diturunkan, setiap orang di minta untuk berliterasi, kalau dibulan ramadhan ini kita sering baca Al Quran, pasti sering baca kata2 ini -> afala ta’qilun. Seringkali ketika membaca kalam-Nya, kita dingatkan dengan sebuah pertanyaan yang menggelegar, yaitu “afala ta’qilun” yang artinya, “tidakkah kamu berpikir?” jadi, sebenarnya aktivitas literasi ini ditujukan kesemua manusia, yang dengannya manusia dapat lebih baik menjalankan kehidupan. Terlebih pada mahasiswa, mahasiswa mempunyai peran sebagai cadangan keras (iron stock) dan social control. Dalam menjalankan 2 peran tsb, sangat dibutuhkan literasi (ilmu pengetahuan). Di sisi lain, saat sudah memasuki dunia yang serba digital, mempunyai pemahaman literasi merupakan hal yang sangat penting. Karena literasi erat kaitan nya dengan informasi, era keterbukaan informasi, dan derasnya informasi seperti saat ini, bisa membuat kita mabok informasi. Kita sebagai mahasiswa/akademisi/ilmuwan perlu memfilter mana yang baik dan tidak. Dan memfilter ini juga merupakan bagian dari kemampuan ber literasi, yang paling amannya membaca literatur ilmiah. Dengan banyak membaca literatur ilmiah, sehingga argumentasi kita dipenuhi dengan fakta- fakta. Kurangi terlalu banyak kebanjiran informasi receh dan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan isinya 

c. Apa kontribusi yang bisa kita berikan untuk membangun negeri dengan 

berliterasi? Hasil studi yang dipublikasikan dengan nama “The World’s Most Literate Nations”, menunjukan Indonesia berada di peringkat ke-60. Sehingga berat membangun negeri dengan literasi, karena literasi ini hubungannya dengan human bukan dengan machine yang bisa disetting. Memang berat tetapi ini, menurut saya, satu2nya kunci untuk berkontribusi kepada negeri. Kita spesifikkan dengan membaca misalnya, kita tahu bahwa buku itu windows to the world. Nah dengan membaca kita akan sedikit lebih banyak tahu, sehingga kita dapat bijak dalam memutuskan. Karena yang kita buuthkan dari membaca itu bukan sekedar dapet informasi aja, atau pengetahuan saja, yang diharapkan adalah munculnya wisdom. Ketika seorang itu berilmu maka ia akan lebih wisdom menjalankan hidupnya. Jadi membangun negeri bisa dimulai dari diri sendiri dulu, mulai membaca dikit-dikit. 

d. Apa harapan untuk orang-orang yang juga ingin berkontribusi dalam 

membangun negeri dengan berliterasi? 

Harapan saya kita semua sebagai generasi muda, harus bisa lebih peka dan faham terhadap kondisi sosial, kalau kita bisa menangkap problematika sosial sekarang, maka dikatakan kita sudah setahap dalam men capture literacy activity. Harapan ke 2 ya itu agar tmn2 pemuda konsisten dalam menjalankan habit baik ini (saya juga terus belajar). Ada satu analogi unik terkait Konsistensi yang dipadukan dengan Permainan Angka (read more: https://issuu.com/ppijepang/docs/interaksi_spring2020__1_) 

6. List Pertanyaan Peserta Talkshow : 

1. Nama : Yasinta 

Pertanyaan : Hi ka. Saya yasinta. Mau tanya, dulu ka Elmo ikut beasiswa program apa ya? Syarat syaratnya bagaimana? Apa kendalanya. Terima kasih:)) 

Jawaban: ((narasumber memberikan file informasi beasiswa Asia Bridge Program)). Kendalanya = dulu pas interview via Skype, kan pas ramadhan tuh, pas habis sahur, dan ada pertanyaan terkait matematika gitu.. sulit menurut saya.. jadi disitu kendalanya 

2. Nama: Affandi Pertanyaan: Perkenalkan kak saya affandi. Berbicara tentang literasi ya, Indonesia saat ini kan minat bacanya sangat rendah sehingga hanya segelintir orang yang mau bergabung dalam mengembangkan literasi tersebut. Nah saya ingin tau nih kak, gimana sih cara membangun atau membuat literasi itu jadi menarik untuk meningkatkan jumlah minat baca masyarakat indonesia? Khususnya kaula muda 

Jawaban : Ini jawaban menurut opini saya aja ya dan berdasarkan pengamatan hehe. Dunia kan sekarang berubah cepat ya, shifting ke arah digital. nah literasi spt yg saya sampaikan tadi, tdk sempit pada membaca saja; tapi juga menghitung dsb. Tetapi semua aktivitas itu dilandasi oleh akal (fikr) dan fikr ini di pengaruhi oleh qolb (hati). Jadi kalau mau pakai root cause analysis, maka kuncinya di qolb (hati). Ketika para kaula muda ini sudah tersentuh hatinya, sudah peka dengan problematika sosial, sudah mulai sadar akan perannya di masa depan maka kemampuan literasi ini akan mengikuti. Anak muda skg generasi milenial dan z ini kalau di lihat dari riset kan cenderung suka sosial ya, maka perlu diasah sensitivitas sosial ini sampai dimana nanti rasa sensitivitas ini berubah menjadi kebutuhan akan literasi. Nah ketika itu sudah beres, maka selanjutnya tahap membaca. 

3. Nama: Lismarina Pertanyaan: Saya Lismarina mau tanya, apa judul buku ttg di minat orang di negara2 membaca buku? Terus minta rekomendasi buku yg kira2 bisa menyadarkan orang yg ga begitu peduli dg literasi seperti diriku ini 

Jawaban: buku apa yg sedang trend bisa dilihat di rak2 Trendding/Popular Book di toko buku kesayangan kita in syaa Allah itu buku yg sedang hits di dunia, walaupun di Indonesia terlambat, karena proses translating dulu mungkin. atau kalau pakai Gramdig tadi, nanti dihalaman depan ada rekomendasi buku. tetapi pada dasarnya buku2 yg best seller itu terkait Pengembangan Diri, Motivation, Ekonomi, dsb. Rata-rata social science. Kalau bicara tentang kontribusi untuk Indonesia saya rekom buku ini; Why Nations Fail. Kalau rekomendasi buku yang ringan2 dan yang bisa menyadarkan orang yang ga begitu peduli terhadap literasi seperti Malcolm Gladwell yang judulnya Outliers, atau Atomic Habits milik James Clear. 

4. Nama: Dina Pertanyaan: Saya Dina dari grup info beasiswa ppi dunia 5. Izin bertanya.. kata ka Elmo, Literasi lebih ke kesadaran dan habit. Dalam hal ini, menurut kk bagaimana cara membangun kesadaran dan kebiasaan dalam literasi? Serta bagaimana cara agar tetap konsisten? 

Jawaban: Terima kasih atas pertanyaannya cara nya dengan dimulai, spt slogan Nike, just do it. 

5. Nama: Rifki Yuananda Pertanyaan: gimana caranya kak elmo membagi waktu sebagai seorang anak, suami, ayah, pelajar, aktivis dan penulis? dimana semuanya harus dibagi 100% energinya 

Jawaban: Ada dua hal; 1. Passion, selama kita menyukai dan menyenangi hal tsb, maka seberat apapun aktivitas, maka akan enjoy; yg kedua ini “Shinken naraba, chie ga deru” – But if you give your fullest (and serious attention), you will always find wisdom (in everything you do). 

jadi kalau menjalani dengan hati, semoga hati juga jadi lembut dan nurut, sehingga stress nya bisa diminimalisir walau tidak bisa dihilangkan. karena kita menganggap semua sebagai ladang amal, jadi kita tidak akan menyia-nyiakan ladang tsb. 

6. Nama: Ramiz Pertanyaan: Saya mau nanya Bagaimana tips2 untuk orang yg pengen nerbitin buku kak? Terima kasih 

Jawaban: ok tentang nerbitin buku ya, pertama harus ada naskahnya. kalau sudah ada bisa milih, mau indie atau ke penerbit. kalau penerbit agak sulit, karena kita ini masih penulis pemula kalau indie bisa langsung terbit, asalkan ada uang. 

7. Nama: Cahyo 

Pertanyaan: Konnichiwa kun👋🏽 saya cahyo, mau bertanya, berapa lama kakak mempersiapkan untuk ikut beasiswa ke jepang? Jawaban: konnichiwa, sebenarnya dari 2016, tetapi waktu itu belum serius. baru serius 2018 

7. Kesimpulan 

Untuk memberikan kontribusi bagi negeri melalui literasi, perlu adanya kesadaran dari diri sendiri. Kesadaran untuk mulai berliterasi, yang dimulai dengan kebiasaan membaca, menulis, dan berdiskusi. Semakin banyak kita membaca dan memahami, semakin kita bijak dalam menjalani hidup; baik ketika akan mengambil sebuah keputusan maupun menjalani kehidupan pribadi. 

Pada sesi akhir, Kak Elmo mengajak seluruh member Grup Informasi Beasiswa 5 untuk merenung bahwa; “Korea Selatan dan Indonesia berangkatnya sama-sama. Dulu mata uang Indonesia lebih kuat di banding Won Korea tetapi sejarabf Korsel menjadi negara yang pesat dari segi teknologi dsb. Bahkan sekarang perang dagang dengan Jepang. Apakah Indonesia bisa seperti Korsel? Mudah-mudahan.. semua itu ada di tangan para generasi mudanya. Terakhir, hidup itu adalah mimpi. kata sensei Edi Sukur; We wake up when we die (ES). Life is dream. We wake up when we die (ES). Flower of success only blooms on branches of effort. Selamat berproses sesuai kapasitas kita.” 

Leave a Reply