You are currently viewing Scholarship Discussion HLN MITI KM

Scholarship Discussion HLN MITI KM

Edisi April 2018

Pemateri:

           Ahmad Rif’an Khoirul Lisan

  • Alumni Universitas Gadjah Mada
  • Master candidate in The University of Arizona, USA
  • Awardee LPDP Scholarship 2017


Perkenalkan nama saya Ahmad Rif’an Khoirul Lisan, temen-temen boleh manggil saya Rif’an ataupun Ikal. Alhamdulillah sempat mengenyam S1 di Jurusan Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, UGM Angkatan 2012 dan lulus Mei 2017 kemarin. Alhamdulillah pada S1, saya mendapatkan bantuan pemerintah untuk S1 dengan beasiswa bidikmisi, juga mendapatkan beasiswa Rumah Kepemimpinan (dulu namanya PPSDMS) pada tahun 2014-2015. Alhamdulillah juga pada September 2016 – Juni 2017 saya mendapatkan kesempatan belajar bahasa inggris dan berbagi pengetahuan terkait English melalui program beasiswa Teaching Clinic di Global English, Kampung Inggris, Pare Kediri. Dan setelah melalui seleksi yang lumayan panjang dan juga persiapannya yang lumayan juga, alhamdulilllah, Puji Tuhan sekalian alam, pada akhir Oktober 2017, saya mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan belajar melalui beasiswa LPDP LN dengan tujuan kampus The University of Arizona, USA dengan Program tujuan Water, Society and Policy MS Program.

Banyak yang terjebak dengan trend bahwa sehabis S1 harus dilanjutkan dengan S2, sehabis S2 harus dilanjutkan dengan S3 dan setelah S3 menjadi dosen. Padahal menjadi dosen itu gajinya juga nggak terlalu gedhe dengan kewajiban yang seabrek. Mau S2 dan S3 terus mau bekerja di perusahaan asing yang gajinya gedhe juga agak sulit mengingat LPDP mensyaratkan awardee nya untuk kembali ke negeri ini. Tahu sendiri kan, kalo kemudian balik ke negeri ini, Negara ini belum siap dengan kualitas lulusan luar negeri. Banyak yang ketika pulang, menjadi tidak betah karena sistem dan masyarakat negeri ini belum siap dengan perubahan. Belum lagi teknologi untuk penelitian dan lain sebagainya masih jauh dari siap. Berani mendaftar beasiswa LPDP berarti harus berani menyembahkan darah untuk negeri ini. Jangan sampai salah langkah dengan mendaftar beasiswa LPDP, karena belum tau tujuan dan esensi untuk melanjutkan pendidikan pada level berikutnya.

Pertama, temen-temen harus memahami diri sendiri masing-masing. Jikalau mau melanjutkan S2, S3 ataupun es teller, pahami lagi esensi yang dikejar dari mengejar pendidikan-pendidikan tinggi itu, apalagi untuk mengejar beasiswa LPDP. Oh iya, hemat saya, beasiswa LPDP itu agak ribet dibandingkan dengan beasiswa lain. Namun sumbangsih luar biasa terhadap negeri ini lah yang menarik saya. Ada juga yang mengatakan bahwa LPDP ini dibiayai dari duit riba, dan kemudian ada juga yang mengharamkan beasiswa LPDP dari dirinya dan keluarganya. Itu semua pilihan, dan tidak ada yang berhak menentang preferensi seseorang. Ya, walaupun banyak beasiswa juga dengan skema yang sama. Banyak pula serba-serbi LPDP yang lain, yang menimbulkan polemic dan lain sebagainya. Pelajari lah hal ini dan tanyakanlah kepada orang-orang yang paham dan mengalaminya sebelum memutuskan untuk mengejar LPDP. Pertimbangkan lah dulu matang-matang, apa sebenarnya yang mau dicari dari LPDP dan konsekuensinya, juga dengan tujuan hidup temen-temen. Kalo pengen jadi pengusaha, kejar itu. Karena pendidikan formal tidak terlalu berkaitan dengan entrepreneurship. Baru ketika temen-teman paham buat apa pendidikan tinggi dan kenapa harus LPDP, kejarlah LPDP itu.

Oke, Saya sangat yakin bahwa sebelum ini temen-temen semua sudah mencari informasi dan mempelajari LPDP. Yup, LPDP itu salah satu beasiswa sangat prestigious dari negeri ini untuk penduduknya khususnya yang mau S2 ataupun S3 ataupun sedang berusaha menyelesaikan tugas akhir (Thesis ataupun Disertasi). Untuk temen-temen yang baru lulus SMA ataupun sekarang masih di bangku kuliah S1, beruntunglah temen-temen karena masih memiliki banyak waktu untuk persiapan. Hampir sama dengan beasiswa lain, dapat pula dianalogikan dengan lowongan pekerjaan, pasti akan ada karakter tertentu dari para pelamar untuk diterima. Satu yang yang harus temen-temen pahami adalah memahami karakter beasiswa yang sedang temen-temen lamar.

Secara ideal, LPDP sendiri mencari kandidat yang mau dan mampu untuk membangun negeri ini. Talenta-talenta yang dinamis dan selalu bergerak untuk menyelesaikan masalah-masalah bangsa utamanya dan dibuktikan dengan aksi nyata, baik dalam skala pribadi, rumah tangga, masyarakat, bahkan lebih jauh lagi ke dalam institusi-institusi yang berguna dalam memajukan negara ini.

Satu hal yang pasti adalah bahwa LPDP tidak hanya mencari yang pinter ngomong dan berangan-angan semata. Mayoritas yang diterima sebagai awardee LPDP sudah membuktikan bahwa dirinya mampu untuk berkontribusi untuk Negara ini, baik dalam skala makro maupun mikro, bahkan dengan usahanya untuk memajukan dirinya sendiri.

Salah satu teman saya dari Banyuwangi, Jawa Timur, juga awardee LPDP LN untuk tujuan kampus Inggris (University of Leeds) sudah bekerja semenjak SMK, bahkan untuk dua pekerjaan sekaligus. Awalnya, beliau memilih SMK karena bisa langsung bekerja jikalau kelak lulus. Aktif dan sibuk dengan belajarnya di SMK dan banyak organisasi tidak membuatnya capek. Sepulang dari sekolah, beliau bekerja part-time di Toko. Malam harinya beliau bekerja lagi di toko elektronik lain untuk mengecek penjual harian. Hal ini dilakukannya untuk bertahan hidup juga menghidupi keluarganya. Karena walaupun beliau ini seorang perempuan, namun beliau ini juga tulang punggung keluarganya. Alhasil, tiap hari waktu yang dipunyai untuk tidur hanya 2-3 jam. Beliau pun banyak mengikuti perlombaan di tengah keterbatasannya dengan hasil yang cukup memuaskan. Beliau bahkan bersama masyarakat di lingkungannya berhasil membuat sebuah pusat bisnis desa, juga saat ini tengah membangun sebuah kampung coklat di Banyuwangi, Jawa Timur.

Berbicara terkait diri saya sendiri, saya bertahan hidup dari beasiswa ke beasiswa, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, juga dari satu lomba ke lomba lain. Hal yang paling berat adalah masalah ekonomi, konflik dengan keluarga, konflik dengan akidah saya dan juga bagaimana tetap bertahan belajar dengan berbagai keterbatasan, namun juga tetap aktif berorganisasi, berkarya, berprestasi dan juga aktif ikut menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan. Sepanjang yang saya tau, hampir semua yang menjadi awardee LPDP adalah pribadi-pribadi yang outstanding dan sudah mampu membuktikan bahwa di tengah keterbatasanny, masih mampu menujukkan bahwa dirinya juga bisa, bahkan lebih daripada pribadi-pribadi yang lain. Lantas bagaimana ketika teman-teman merasa bahwa IPK-nya rendah, bahasa inggrisnya jelek, nggak pernah aktif organisasi, nggak pernah keluar dalam acara-acara kemasyarakatan?

Pertama kali yang harus temen-temen lakukan adalah perbaiki itu. Orang Jawa bilang “Jer Basuki Mawa Bea”,yang kira-kira artinya kalau ingin hidup mulia itu membutuhkan biaya; usaha, tenaga, keprihatinan dan biaya lainnya. Saya sudah setahun lebih di Kampung Inggris, Pare untuk memperbaiki bahasa inggris saya. Saya sudah menjual motor kesayangan saya satu-satunya untuk keperluan belajar tersebut, juga tes TOEFL ITP untuk kebutuhan pendaftaran LPDP. Jaman kuliah, ketika saya hanya makan pagi hari dirumah yang jarakny sekitar 20km dari kampus, saya harus bertahan di kampus sampai malam untuk aktif organisasi, mengerjakan tugas-tugas kampus dan mempersiapkan perlombaan-perlombaan dan event-event. Sering saya muntah air di kampus dan minum air kran karena tidak memiliki uang untuk sekedar jajan. Di asrama saya dulu saya diajarkan untuk tidak menyerah akan kehinaan dan pasrah pada keputusasaan.

Kalau emang LPDP itu sangat penting bagi teman-teman, usahakan semaksimal dan sebisa mungkin, bahkan hingga habis duit dan tabungan teman-teman. Karena Usaha adalah sebaik-baik doa. Kampung Inggris, Pare itu biasanya penuh dengan anak-anak yang mengejar beasiswa, dan banyak teman-teman seperjuangan saya disana, saya temukan kembali sebagai awardee-awardee LPDP dan beasiswa-beasiswa lain.

Tak jarang, saya menemukan banyak teman-teman saya yang sudah menghabiskan puluhan juta rupiah untuk belajar bahasa Inggris, juga sudah tes IELTS berkali-kali, bahkan ada yang sudah mencapai 7 kali. Hitung saja berapa biaya yang sudah dikeluarkan. Beruntung jika usaha tersebut terbayar dengan didapatkannya beasiswa yang diidam-idamkan. Namun nyatanya, banyak yang harus menelan pil pahit karena tidak mendapatkan beasiswa seperti yang sudah diimpikan. Ada yang mengatakan bahwa beasiswa itu kuncinya hanya sholat tahajjud, ada yang bilang karena sholat dhuha, ada yang bilang karena sering ke gereja, ke pura, ke kelenteng, ke vihara dan lain sebagainya. Bahkan ada yang bilang karena sudah melakukan ritual-ritual tertentu. Saya percaya bahwa orang yang melakukan itu juga melakukan usaha lainnya. Tuhan akan mendengar doa-doa hambanya yang diiringi dengan usaha, karena tuhan juga menciptakan hukum sebab-akibat kecuali pada hamba-hambanya yang special. Kalau saya ditanya apa rahasia saya dalam mendapatkan LPDP, mungkin saya menjawab karena saya sudah pernah protes ke Tuhan, dan Gusti Allah menjawab protes saya tersebut dengan usapan kasih sayangnya. Namun mau tak mau, harus ada usaha yang dilaksanakan. Tidak ada yang “ujug-ujug” bagi manusia seperti saya ini.

Saya juga perlu membuka rahasia ini, sebenarnya motivasi saya untuk mendaftar LPDP itu kurang terlalu tepat. Saya mendaftar karena saya tertantang dengan salah satu teman saya yang saat itu sudah ketrima LPDP dan menjadi agak “sok” juga agak “nggaya”. Jiwa muda saya tidak terima karena dia menjadi “show off” dan saya bilang pada diri saya kalau saya juga bisa. Alhasil, setelah saya ketrima, saya menjadi ragu untuk S2, karena tujuan saya untuk mendaftar LPDP sudah terpenuhi. Hal ini karena saya sebenarnya bercita-cita menjadi pengusaha dan tidak mau diatur-atur orang, juga memiliki banyak kewajiban formalitas pada sistem. Padahal jikalau nanti saya lulus S2, saya akan bekerja pada orang ataupun bekerja pada sistem, yang mana saya tidak terlalu menginginkannya. Saya juga berpikir bahwa memulai usaha daripada menghabiskan waktu saya untuk S2 akan jauh lebih baik, karena saya memperkirakan bahwa waktu untuk belajar S2 akan lebih dari cukup untuk mengembangkan usaha saya.

Dengan membuka rahasia ini saya ingin berpesan kepada teman-teman untukmempertimbangkan dulu esensi untuk kuliah lanjut dan juga untuk mendapatkan LPDP. Jangan menyesal setelah mendapatkan LPDP nanti. Lebih dari itu, kadang motivasi dan niat itu kalah dengan kesiapan. Banyak teman saya yang motivasi dan niat untuk mendapatkan LPDP sangat tinggi, yang alhasil dengan hasil bahwa mereka tidak mendapatkan LPDP, banyak yang menjadikan mereka down dan kecewa. Dengan ini saya berasumsi bahwa persiapan saya bertahun-tahun sebelumnya berada di atas apa yang sudah mereka persiapkan. Benar saja, semua berhak mendapatkan beasiswa LPDP asal memenuhi syarat. Namun, mendapatkan beasiswa LPDP dan beasiswa lain adalah kompetisi. Yang lebih baik diantara yang paling baik lah akan mendapatkannya. So, persiapkanlah sebaik-baiknya untuk kompetisi mendapatkan beasiswa ini.

Terkait dengan tahapan seleksi, kalau mengacu pada tahun kemarin, ada tiga tahap:

  1. Seleksi berkas.
    Pastikan semua yang teman-teman tulis dalam semua dokumen ini lengkap dan sesuai. Juga teman-teman harus menguasai apapun yang sudah dituliskan di dalam berkas ini, baik itu dokumen ataupun essay. Minta orang lain untuk mengecek dan memberikan pendapatnya. Jangan sampai belum yakin betul dengan isian berkas, apalagi essay, namun sudah diupload dan disubmit.

2. Tahap Assesment Online.
Ini tes psikologi, jadi jangan belajar. Malah kalau belajar, jawabannya sering nggak sesuai dengan diri teman-teman. Saya juga tidak tau komponen penilaiannya apa di sini, tapi sepertinya ini untuk melihat kepribadian teman-teman. Tentu saja yang lolos sesuai dengan kepribadian dan karakter yang diharapkan oleh LPDP.

3. Tes substansi (LGD, Essay dan Wawancara)
Ini dihitung dalam satu tahap, dan kadang jadwalnya satu kandidat dengan kandidat yang lain cukup berbeda. Untuk sesi LGD: Hal ini kadang dipersiapkan oleh para kandidat, karena biasanya sudah tau kelompoknya beberapa hari sebelumnya. Hati-hati dalam hal ini, karena sering sudah dibikin rencana untuk di awal, seperti pembagian siapa yang membuka dan menutup, giliran siapa aja yang ngomong, dan hal teknis lainnya. Sepengalaman saya, dan juga cerita dari beberapa teman, yang membuka dan menutup biasanya memiliki point khusus. Kebanyakan yang lolos adalah mereka. Saya sendiri tidak menjadi pembuka, namun yang ngomong pertama untuk menawarkan siapa yang akan ngomong pertama. Self-Confidence di sini sangat penting. Juga bagaimana kita berpendapat dengan tidak menyakiti orang lain, tidak terlalu superior ataupun inferior dan memperlihatkan bahwa kita antusias dengan topic, antusiasme dengan orang lain, juga bagaimana kita terlihat cerdas dengan pendapat-pendapat kita. Saran saya, jangan dibagi peran sebelum pelaksanaan LGD, karena nanti akan terlihat tidak natural, juga akan menimbulkan keirian. Biarkan semua mengalir pas LGD. Tekait dengan essay, pelajari essay part 2 IELTS dengan benar: bagaimana cara penyusunan ide (Introduction, bodies, conclusion), susunan kata-kata, grammar dan bagaimana cara menyusun ide. Hal yang tak jauh penting adalah banyak-banyaklah membaca isu terkini dan cobalah berfikir kritis khas aktivis ataupun negarawan. Namun cobalah untuk humble dalam menyampaikan ide, tidak menjudge dan menjelekkan seseorang atau instansi, juga perlihatkanlah diri temen-temen sebagai orang yang cerdas dengan bahasa tulis tersebut. Oh iya, pas itu, nulisnya menggunakan bolpoint. Terkait dengan wawancara, ini menurut saya yang paling menentukan, walaupun saya agak lupa proporsi penilaiannya seperti apa (tolong dicek lagi pembagian penilaiannya). Jadilah diri sendiri di dalam wawancara ini. Di sini ada 3 orang interviewers, dimana salah satunya adalah psikolog. Mereka sering mencari hal-hal yang paling sensitive dari interviewer dan menguliknya. Dalam kasus saya, yang diulik adalah masalah konflik saya dengan keluarga yang sudah berlangsung cukup lama. Dan ini sempat membuat saya mau menangis di tengah-tengahnya, bahkan satu dari 3 interviewer juga ikut menangis. Sampaikan bahwa di sini teman-teman merupakan orang yang paling layak untuk mendapatkan LPDP dengan menyampaikan pencapaian-pencapaian dan usaha yang sudah dilakukan. Jangan sampai songong,terlalu meremehkan orang lain, terlihat sangat ambisius dan juga jaga bahasa nya yang sopan dengan gesture dan sikap tubuh yang sopan pula. Terkadang beberapa interviewer menanyakan bukti dari apa yang sudah kita capai, jadi persiapkan saja di dalam tas dengan susunan yang rapi dan siap untuk diperlihatkan sewaktu-waktu.

QUESTION AND ANSWER
Q: saya kan sekarang masih kuliah S1 nih, nah kemudian ada beberapa waktu yang membuat saya dilemma karena saya memiliki keinginan besar untuk kuliah diluar negeri. Saat ini saya kemudian bingung, karena saya lebih memilih menjadi organisatoris dari pada kompetitor yang mengumpulkan banyak sertifikat prestasi.nah sebenarnya yang mana lebih diprioritaskan dari pihak LPDP? Dan apa yg perlu sy persiapkan mulai dari sekarang.

A: Pastikan bahwa syarat LPDP cukup, banyak teman saya yang mengandalkan satu hal, ada yang prestasi saja, ada yang organisasi saja, ada yang bahkan tidak ada dua-duanya namun memiliki perjuangan yang luar biasa. Sekarang semester 6, itu kalau mau nyoba kompetisi masih bisa. Saya dulu juga sangat aktif di organisasi maksimalkan itu untuk mengangkat masyarakat pastikan dan olah keaktifan di organisasi tersebut, dan kalau emang mau fokus disitu, pastikan bahwa organisasi itu memiliki impact, ke siapapun itu hal itu yang nantinya akan menjadi point plus untuk bisa diajukan ke LPDP dan untuk syarat mendaftar LPDP itu mutlak harus terpenuhi, karena kalo enggak, biasanya kita sudah didiskualifikasi. saya dulu ngejar IPK yang penting cumlaude karena syarat afirmasi harus cumlaude IPK saya 3.52, sangat mepet, tapi yang penting masuk syarat.

Q: Setelah saya membaca pemaparan dari mas Rif’an saya jadi tertarik dengan esensi dari mencari beasiswa lpdp. Begini secara teknis tentu kita sudah paham apa saja yang perlu di persiapkan ketika kita mau mendaftar LPDP. Nah yang saya mau tanyakan, keterikatan yang seperti apa yang wajib kita laksanakan setelah kita lulus kuliah dari beasiswa LPDP?

A: Setelah lulus kuliah, para awardee akan masuk ke kumpulan alumni, namanya Mata Garuda, ini hanya sebuah wadah tapi yang penting adalah peran dari temen-temen untuk memajukan negeri ini seperti yang sudah dijanjikan di awal. LPDP hanya menggaris bawahi harus pulang ke Indonesia, kalau tidak salah minimal 2x masa studi. Menurut saya, ini adalah waktu yang sangat singkat. Hemat saya adalah, sebagai awardee yang sudah dibiayai bangsa ini, mengabdi ke negeri ini bukan karena kewajiban atas menerima beasiswa, tapi karena kita lahir, hidup dari negeri ini dan kandung bangsa ini. Jadi sebagai anak yang berbakti pada ibunda, itulah kewajiban kita awardee, karena secara formal, tidak ada tuntutan harus menjadi seorang apa, tapi hanya harus kembali dan mengabdi ke negeri ini. Aktif organisasi tidak harus dalam hal kemasyarakatan yang paling penting adalah impact dari apa yang kita lakukan itu untuk memajukan diri kita, komunitas kita, masyarakat kita dan lebih jauh lagi negara kita jadi ini tidak ada patokan khusus, semakin impactful, semakin baik karena banyak di luar sana yang memiliki kegiatan yang impactnya jauh luar biasa, dan itu yang biasanya dicari beasiswa

Q: Apakah ada format baku standart yang di berikan LPDP dalam penulisan rencana desertasi/research untuk melengkapi persyaratan pendaftaran?

A: Untuk rencana studi, kemaren ada 2 hal: Diketik di page akun kita, satu lagi yang diupload untuk yang diketik di page, harus 500 -700 kata. Untuk yang diupload, terserah berapapun jumlah katanya, tidak ada panduan format, hanya ada panduan hal apa saja yang harus ditulis dan kemaren ada perbedaan untuk tampilan web untuk kategori afirmasi (seperti saya), karena hanya untuk upload, tidak ada untuk yang diketik di page. Jadi saya hanya bikin 500-700 kata tanpa dipisahkan sub-bab padahl teman-teman saya yang program BPI regular membuat dengan dibuat bab-bab kayak karya tulis gitu, jadi saya simpulkan bahwa rencana studi tidak ada format khusus, hanya poin-poin tertentu harus tercakup di dalamnya. Untuk persyaratan pengajuan S3 di persyaratkan untuk mengirimkan rencana desertasi. Saran saya dibuat per bab saja, jadi biar lebih rigid dan lengkap, tapi ringkas.

Q: Tentang LoA Conditional dan Unconditional, mohon pencerahannya dan bagaimana cara mendapatkannya?

A: Terkait LoA, mohon maaf saya belom bisa menjawab. Karena pas proses pendaftaran, saya belom memiliki LoA. Pun sampai saat ini, saya belom mendapatkannya. Hal ini karena saya untuk tes IELTS belum punya uang dan sekarang saya masih di Bandung untuk Pengayaan Bahasa, yang akhirnya ada Tes IELTS nya.

Q: Apakah persyaratan untuk mendaftar LPDP itu harus punya LoA dari universitas yang kita tuju mas?

A: Untuk persyaratan, coba dirujuk ke panduan yah, kalau tahun kemarin, LoA nggak wajib, banyak yang diterima belum punya LoA, namun yang pas pendaftaran belum memiliki LoA Unconditional, harus mulai kuliah tahun 2019 paling cepat (dan ini diumumkan mendadak bersamaan pengumuman akhir yang diterima LPDP).

Q: Apakah beasiswa LPDP lebih mendahulukan universitas yang sudah bekerja sama dengan LPDP atau tidak? Soalnya universitas saya S1 baru beberapa tahun berstatus negeri dan belum banyak orang yang tau universitas tersebut. Serta belum terlalu banyak perusahan yang bekerja sama dalam pemberian beasiswa dengan universitas.

A: Setau saya tidak ada kampus DN yang ada kerjasama dengan LPDP, yang ada adalah kampus tujuan S2 dan S3. Kalo untuk pendaftaran, yang penting udah lolos S1. Jadi yang penting adalah lulus S1 sebaik mungkin. Ikuti apa yang dilakukan oleh anak-anak awardee, dapatkan nasehat dari mereka, bahkan kampus swasta pun banyak yang tembus LPDP Kok, emang butuh effort yang lebih, karena anak-anak dari kampus terkenal pun sudah melakukan usaha lebih keras sebelumnya.

Q: Apakah beasiswa LPDP itu hanya berlaku untuk universitas yang 200 top dunia saja atau semua universitas bisa diajukan sebagai pilihan kuliah kita nanti?

A:Biasanya tiap bukaan batch baru LPDP, ada rilis kampus tujuan LPDP. Sebenarnya ada proses untuk memilih kampus-kampus diluar tujuan LPDP, tapi ada syarat yang harus dilalui, biasanya yang melakukan perpindahan yang sudah diterima LPDP, jadi mereka lebih enak, karena udah keterima.

Q: Mana yang dinilai lebih oleh beasiswa LPDP, pendaftar yang sikap mental dan pola pikir besarnya terbentuk, namun tidak prestatif dalam bidang akademik (ex: juara LKTI, juara PKM, dsb), atau pendaftar yang dari sertifikat-sertifikat dan achievement itu bisa dibilang melampaui kriteria dalam hal kuantitas?

A: Sebenarnya semua saling mempengaruhi secara pasti persentasenya berapa, saya kurang tau.

Tapi gini mas, biasanya kejuaraan akan mempengaruhi tingkat kematangan dan mempengaruhi pola pikir juga alangkah lebih bagus jika berprestasi dan berkontribusi sekaligus karena kalo cuma berprestasi tanpa berkontribusi, biasanya hanya kosong dalam perspektif saya, sebenarnya lebih kuat kontribusinya, daripada prestasinya dan kematangan itu dilihat dari kontribusi dan prestasi, juga capaian capian atas usaha yang lain. Alangkah baiknya teman-teman berprestasi sekaligus berkontribusi.

Q: Bagaimana kita bisa meyakinkan pewawancara bahwa kita layak untuk mendapatkan beasiswa tersebut, karena setau saya ketika kita ingin mendapatkan beasiswa kita mesti tau goals atau kemauan dari pemberi beasiswa tersebut.

A: Meyakinkan yang paling gampang dan paling kuat adalah dengan menyampaikan pencapaian-pencapain kita dan usaha kita untuk mendapatkan hal tersebut. Cerita seberapapun ketika tidak ada bukti, tetap saja sama saja. bahasa jawane ngomyang. Pastikan ada sesuatu yang disuguhkan kepada interviewer yang menjadikan anda seseorang yang berharga dan patut dipertimbangkan, bisa dalam ranah akademis, non akademis, ataupun jalan hidup yang sudah dijalani. Tunjukkan bahwa Anda ini special. Namun, perlu digaris bawahi, sampaikan dengan baik, tidak arrogant, tidak songong, tidak terlalu ambisius, menggunakan bahasa yang baik, dan jangan merendahkan diri sendiri juga dengan sikap tubuh dan ekspresi yang pas.

Q: Saya cukup aktif mengikuti organisasi dikampus dan IPK saya pun cukup memuaskan, namun bahasa inggris saya masih jelek, padahal saya sudah berusaha mengikuti kursus bahasa, dan dibandingkn teman saya, saya pernah mengikuti konferensi mahasiswa nasional ataupun internasional serta program exchange, apakah dengan mmiliki pengalaman tersebut akan menambah nilai plus dan seberapa besar pengaruhnya?

A: Semua pengalaman itu berharga dan layak dipertimbangkan ketika Anda dan teman temannya sama dalam pencapaian apapun, tapi temannya sudah pernah keluar dan konferensi, pasti teman nya yang akan dipilih. Dalam kompetisi beasiswa, dan lainnya juga adalah sebagaimana bisa kita membranding diri kita dengan pencapaian kita untuk layak dipilih. Cerita pengalaman saya, banyak teman saya yang sudah berkali-kali keluar negeri, seminar, dll, namun jadi murid saya di pare dan dulu ketika kuliah, saya nggak pede untuk ikut program keluar karena bahasa inggris

walaupun kemudian saya mencoba ikut, namun gagal pas tahap seleksi. Saran saya, selagi ada kesempatan, hajar saja. Belum tentu yang sudah sering keluar negeri itu Bahasa Inggris nya bagus. Yang terpenting percaya diri dan yakin saja, kayak supir bis sumber kencana, sing penting yakin, kayak mencari pasangan juga, yang penting memantaskan diri untuk bisa dipilih

Q: Apakah pengabdian setelah studi yang dibatasi hanya pada kegiatan yang sesuai dengan bidang ilmu yang kita miliki/sedang pelajari atau memang bisa menyangkut hal hal pengabdian masyarakat secara umum?

A: Masalah pengabdian, tidak ada batasan. Tapi gini, untuk apply dan study plan, hati-hati karena akan ditanya pihak interviewer seringnya ketika tidak sesuai dengan studi, akan menjadi pertanyaan besar sebisa mungkin rencana studi dan apa yang akan dilakukan nanti sesuai dengan rencana studi, walaupun kenyataannya who knows. Saya dulu menyampaikan bahwa setelah lulus nanti, saya pengen mejadi dosen, bekerja di Bappenas, sekaligus menjadi pengusaha. Program tujuan saya Water, Society and Policy. Namun saya sampaikan, bahwa saya ke depan akan melakukan apa yang relevan pada waktu itu, jadi bisa jadi sesuai dengan rencana saya ini, bisa jadi tidak. Satu hal lagi, kadang kita harus mengikuti sesuatu yang formal, karena itu aturan dan sistem mengharuskan itu. yang penting esensinya adalah itu menjadi jalan kita untuk menjadi lebih baik dan memberikan manfaat lebih besar.

Q: Ketika wawancara pasti ada pertanyaan alasan mendaftar LPDP. Tadi kak Rif’an sempat bilang 2 hal yang membuat beliau mendatar. Pertama karena pengabdiannya. Kedua, karena sebel sama temen yang show off. Kalau boleh tau, alasan apa yang disampaikan ke pewawancara saat itu?

A: Jadi awalnya sebenarnya saya agak ragu mendaftar, jadi saya lebih ketrigger setelah teman saya seperti itu, tapi di sisi lain, saya memiliki hal yang bisa disampaikan, dan saya juga sudah lama menginginkan adanya perubahan sistem pengelolaan air negeri ini dan hal yang berkaitan tersebut lah yang saya sampaikan.Alasan kenapa mendaftar utamanya adalah keprihatinan akan masalah air negeri ini, juga masalah kebijakannya yang lebih banyak adalah kenapa saya layak mendapatkan beasiswa LPDP dan itu memakan waktu 1/2 dari keseluruhan wawancara, kalau untuk bahasa tulisnya, nanti insya allah saya sampaikan di akhir.

Q: Apakah persyaratan untuk mendaftar LPDP itu harus punya LoA dari universitas yang kita tuju mas?

A: Jadi untuk mendaftar LPDP terbuka untuk lulusan sama kampus di seluruh Indonesia yang terakreditasi A atau B gitu, setau saya terbuka untuk semua kampus di Indonesia, yang penting S1, namun dengan IPK minimal tertentu. Setau saya untuk akreditasi, semuanya bisa. tapi untuk memastikan, coba dicek lagi di buku panduannya.

Mungkin banyak yang bertanya kenapa milih Amerika. Jadi pada saat milih kampus untuk pertama kali, saya sebenarnya memilih Belanda. Namun pas itu, dosen saya (salah satu reviewer LPDP) tidak mau memberikan rekomendasi kalau saya memilih ke Belanda. Beliau menyampaikan kalau kuota ke tiga Negara (UK, Holland dan Aussie) mau dikurangi pas itu. Ya sudah, saya harus mencari yang lain. Dan yang paling menarik hati saya adalah Water, Society and Policy MS Program di UA, Arizona, USA.

Jangan batasi hanya target pada LPDP banyak kesempatan beasiswa lain selain LPDP. Jangan batasi bahwa kesuksesan itu hanya dengan kuliah tinggi itu salah besar menjadi orang sukses itu adalah ketika kehidupannya bermanfaat bagi banuak orang, dan itu bisa ditempuh dengan banyak jalan. Bisa jadi kita suka dan mengharapkan sesuatu, padahal itu buruk untuk kita dan sebaliknya, bisa jadi kita membenci sesuatu, padahal itu baik untuk kita. Dia maha mengetahui, namun kita tidak just do your best and be useful person for others and for environment. One more thing, sebaik-baik apapun kita bersiap-siap, orang beruntung lah yang akan menang. Menjadi orang beruntung ini agak sulit didapatkan, karena kehendak Gusti lah yang ada di dalamnya. Mendekatlah kepada Tuhan, pujilah tuhanmu, karena Dia lah yang layak akan pujian dan Dia lah yang berkuasa atas segala-galanya, perbanyaklah silaturrahim, bantulah sesamamu, berbakti lah ke orang tuamu, mintalah ampunan dari orang-orang yang kamu dholimi, dan tak lupa minta doa dari mereka. Kita tidak tau keberuntungan ini akan datang dari mana, maka berusahalah untuk mendatangkan keberuntungan ini dengan menyambutnya. Dan tentu saja sebagai manusia, berusaha pada track yang menuju tujuan kita, yaitu LPDP atau beasiswa lain yang diinginkan…

Disadur Jamaluddin (Staff HLN MITI KM)

#Scholarship Discussion

#New Hope New Contribution

#HLN MITI KM

Leave a Reply